Kalau kamu tumbuh di era musik digital yang penuh dengan suara autotune dan lirik-lirik cinta generik, lalu suatu hari mendengar suara penuh makna dari lagu Secukupnya—besar kemungkinan kamu langsung bertanya-tanya: “Siapa sih ini orang?”
Itulah yang terjadi sama aku.
Pertama kali denger nama Baskara Putra, jujur aja aku mikir ini mungkin nama penyair atau penulis buku filsafat indie. Tapi ternyata, dia adalah sosok di balik proyek musik Celebriti Hindia dan juga salah satu vokalis utama di band rock alternatif .Feast. Doi lahir di Jakarta, 22 Februari 1994. Tapi yang bikin unik bukan cuma latar belakangnya, tapi gimana dia nulis lirik kayak lagi curhat jujur banget sama temen deket.
Baskara Putra itu bukan cuma penyanyi. Dia penulis lagu, produser musik, dan pemikir. Setiap karyanya kayak punya refleksi sosial, personal, dan spiritual yang dalam banget—tapi tetap relate sama kehidupan sehari-hari.
Kenapa Baskara Putra Bisa Begitu Populer?
Ini bukan popularitas yang dibangun dari gimmick, sensasi, atau viral-viral murahan. Baskara Putra bukan tipe musisi yang joget-joget di TikTok atau bikin kontroversi buat trending. Popularitasnya datang murni dari kejujuran dan kedalaman karyanya kapan lagi.
Waktu aku pertama kali denger “Secukupnya”, rasanya kayak ditampar. Bukan cuma liriknya yang bilang “Berhenti berlari dan mulailah menghargai diri”, tapi gimana dia bawainnya. Suaranya nggak perlu tinggi-tinggi, tapi penuh emosi.
Menurutku, popularitas Baskara Putra tumbuh karena dua hal:
Kejujuran dalam lirik: Dia nggak takut bahas kesehatan mental, keresahan generasi muda, kehilangan, bahkan eksistensialisme.
Relatabilitas: Dia ngerti apa yang lagi dirasain anak muda zaman sekarang—dan dia ngomongin itu, tanpa menggurui.
Pernah nggak sih ngerasa semua orang punya arah, kecuali lo? Nah, lagu-lagunya Baskara Putra sering banget ngegambarin perasaan kayak gitu. Dan itu ngena banget.
Oh iya, satu lagi: dia bukan cuma bikin lagu, tapi nulis buku juga! Judulnya “Bertaruh pada Kecemasan”—itu semacam buku catatan pikiran dan proses kreatif dia. Keren banget sih.
Karya-Karya Populer Baskara Putra (Sebagai Hindia dan .Feast)
Oke, sekarang kita masuk ke karya-karyanya. Baskara Putra punya dua proyek utama:
1. Hindia
Proyek solo ini yang bikin dia meledak di ranah musik independen Indonesia. Lagu-lagunya lebih personal, penuh makna, dan bikin mikir.
Beberapa lagu Hindia yang populer banget:
Secukupnya: Ini semacam anthem buat orang-orang yang burnout.
Evaluasi: Liriknya dalem, kayak ngajak kita duduk, mikir, dan ngobrol sama diri sendiri.
Rumah ke Rumah: Lagu ini bikin aku nangis pas denger sambil hujan-hujanan (literally). Tentang kehilangan dan perasaan kosong.
Dehidrasi: Tentang rasa kehilangan dan cinta yang nggak bisa dipaksakan.
Fun fact: Album Menari Dengan Bayangan tuh penuh banget sama narasi kehidupan. Tiap lagu punya transisi dan pesan tersendiri.
2. .Feast
Kalau Hindia itu kayak ngobrol dari hati ke hati, .Feast itu lebih ke teriakan kolektif tentang isu sosial, politik, dan keresahan publik.
Lagu-lagu .Feast yang powerful:
Peradaban
Berita Kehilangan
Dalam Hitungan
Tarian Penghancur Raya
Kalau lo denger .Feast, lo bakal ngerasa kayak lagi di tengah orasi mahasiswa. Energinya kuat, intens, dan bikin mikir.
Baskara Putra di Mata Netizen
Ini menarik banget sih. Aku pernah scroll komentar di YouTube dan Twitter/X cuma buat liat gimana orang-orang ngerespon Baskara. Dan jujur aja, jarang banget ada musisi Indonesia yang dapet respek sebanyak ini dari lintas generasi.
Ada yang bilang:
“Gue denger Hindia tiap kali ngerasa gagal dalam hidup.”
Ada juga:
“Baskara Putra bikin gue merasa kalau rasa cemas itu valid.”
Tapi, tentu aja nggak semua orang bisa connect dengan gaya musik dia. Ada yang bilang terlalu “sok puitis” atau “dalem banget sampe bingung mau ngapain.” Tapi ya… justru itu kekuatannya. Dia nggak bikin musik buat semua orang, tapi buat mereka yang benar-benar butuh didengarkan.
Bahkan ada akun-akun Instagram dan Twitter khusus yang ngutip lirik-lirik Baskara buat motivasi. Keren sih. Netizen nganggep dia kayak guru kehidupan digital zaman sekarang. Bukan motivator, tapi observer kehidupan yang nyampein keresahan lewat lagu.
Pelajaran yang Aku Petik dari Sosok Baskara Putra
Aku bukan musisi. Aku juga bukan penulis lagu. Tapi sejak kenal lagu-lagu Hindia dan .Feast, aku mulai belajar satu hal: ngomong jujur itu penting. Apalagi di era yang semuanya serba pencitraan.
Dari Baskara, aku belajar:
Menjadi autentik itu powerful.
Berani menyuarakan keresahan bisa menyelamatkan banyak orang.
Musik bukan cuma hiburan, tapi bisa jadi terapi.
Jadi tiap kali aku nulis blog sekarang, aku berusaha lebih jujur. Nggak cuma ngasih info, tapi cerita pengalaman pribadi juga. Karena orang itu butuh ngerasa didengar, bukan cuma dikasih tahu.
Tips Buat Kamu yang Mau Terinspirasi Dari Baskara
Jujurlah Saat Menulis atau Berkarya
Jangan terlalu mikirin pasar dulu. Tulis apa yang kamu tahu dan rasakan. Kayak Baskara.
Gali Topik Dalam Dirimu
Kadang yang sederhana itu yang paling dalam. Lihat aja Secukupnya, nggak banyak kata, tapi penuh makna.
Jangan Takut Gagal atau Dianggap Lebay
Emosi itu valid. Dan orang yang jujur biasanya lama-lama akan punya tempat sendiri.
Gunakan Musik Sebagai Terapi
Nggak harus jadi musisi buat meresapi musik. Kadang dengerin Hindia di malam sunyi bisa lebih healing daripada sesi konseling.
Penutup: Baskara, Terima Kasih Udah Jadi Suara yang Kami Butuhkan
Kalau aku bisa ngobrol langsung sama Baskara, aku cuma mau bilang satu hal:
“Terima kasih karena udah ngomongin hal-hal yang kami semua rasain tapi susah banget buat dijelasin.”
Dan buat kamu yang baru denger nama Baskara Putra, coba aja mulai dari lagu “Evaluasi” atau “Rumah ke Rumah”. Nggak perlu ngerti semuanya, cukup rasain. Karena kadang, musik bukan buat dipahami—tapi buat dirasakan.
Proses Kreatif Baskara Putra: Dari Keresahan Jadi Karya
Satu hal yang selalu bikin aku penasaran adalah bagaimana cara Baskara bikin lagu? Gimana prosesnya dari sebuah pikiran abstrak atau rasa cemas bisa jadi lirik yang bikin ribuan orang nangis di kamar masing-masing?
Ternyata, dari beberapa wawancara yang aku tonton dan baca, Baskara itu punya pendekatan yang sangat literer dan reflektif. Dia sering banget baca buku, dengerin diskusi filsafat, bahkan nulis jurnal harian. Makanya lirik-liriknya kadang terdengar seperti monolog batin. Kayak lagi ngelamun, tapi di tengah keramaian.
Salah satu quote yang aku inget dari dia adalah:
“Gue nulis bukan buat menyelesaikan masalah, tapi buat nemuin bahwa gue nggak sendirian dalam masalah itu.”
Dan itu bener banget sih. Lagu-lagu dia kayak ngasih ruang aman buat orang lain buat ngerasa, “Oke, ternyata bukan gue doang yang ngerasa begini.”
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Kenalan Lebih Dekat dengan Aaliyah Massaid: Dari Keluarga Seleb hingga Sosok Inspiratif disini