Jujur ya, waktu pertama kali denger judul drama ini — How to Buy A Friend — saya pikir ini semacam drama remaja ringan yang bisa ditonton sambil lalu. Kayak hiburan di sela-sela kerja atau nemenin makan malam. Tapi ternyata… saya salah besar. Drama How to Buy A Friend cuma 8 episode, tapi tiap episodenya tuh padat banget. Bahkan dari episode pertama, saya langsung terpikat sama premisnya.
Saya nonton Movie ini karena penasaran aja, banyak yang bahas soal “kontrak persahabatan”, terus konfliknya katanya lumayan kelam. Dan ya, benar aja — drama How to Buy A Friend bukan cuma soal sekolah dan teman sebaya, tapi lebih dalam dari itu: soal rahasia kelam, kepercayaan, trauma, dan pencarian kebenaran.
Drama ini punya suasana yang murky, kayak ada awan mendung menggantung sepanjang cerita. Tapi justru itu yang bikin nagih.
Sinopsis How to Buy A Friend — Persahabatan yang Dimulai dari Kontrak?
Ceritanya berpusat pada dua siswa SMA: Park Chan-hong (diperankan oleh Lee Shin-young), siswa biasa-biasa aja tapi punya bakat nulis puisi, dan Heo Don-hyuk (diperankan oleh Shin Seung-ho), siswa pindahan dengan reputasi anak berandalan yang baru keluar dari penjara karena membunuh seseorang yang menyerang temannya Wikipedia.
Situasinya jadi menarik waktu Don-hyuk tiba-tiba menawarkan kontrak pada Chan-hong: jadi “teman” dengan imbalan perlindungan. Tapi tentu aja ini bukan sekadar kontrak konyol ala drama sekolah biasa. Don-hyuk punya motif tersembunyi. Dia curiga kematian pacarnya, Shin Seo-jung, bukan karena bunuh diri seperti yang dikabarkan, dan dia butuh bantuan Chan-hong buat mencari tahu kebenaran di balik tragedi itu.
Jadi ceritanya jadi gabungan antara misteri pembunuhan, investigasi diam-diam di lingkungan sekolah, dan dinamika emosional antar teman. Sumpah, kerasa banget intensitasnya meski setting-nya cuma sekolah dan rumah.
Kenapa Drama Ini Disukai? Ini Dia Alasannya…
Pertama, durasinya pendek. Hanya 8 episode, dan itu jadi nilai plus tersendiri di tengah deretan K-Drama yang suka molor dan draggy. Tapi walaupun pendek, pacing-nya pas banget. Nggak terburu-buru, tapi juga nggak buang waktu.
Kedua, temanya relatable tapi tetap unik. Siapa sih yang nggak pernah punya konflik atau pertanyaan seputar pertemanan waktu SMA? Tapi ketika dibumbui dengan kasus kematian misterius, trauma, dan pencarian jati diri, drama How to Buy A Friend naik kelas jadi tontonan yang punya nilai emosional.
Ketiga, penulisan karakternya solid. Setiap karakter punya motivasi yang jelas. Mereka nggak cuma pelengkap cerita, tapi punya peran penting. Bahkan karakter guru di sini bukan sekadar tempelan.
Dan terakhir, karena chemistry antara aktor utamanya itu kuat banget. Chan-hong yang lugu dan Don-hyuk yang terlihat dingin tapi punya luka batin — keduanya saling melengkapi banget. Nggak heran banyak penonton yang jadi emosional waktu nonton ending-nya.
Karakter yang Bikin Cerita Jadi Hidup
Park Chan-hong — siswa biasa yang awalnya nggak punya tujuan hidup jelas. Tapi sepanjang cerita, dia berkembang jadi seseorang yang berani, bahkan rela ambil risiko buat cari kebenaran. Saya suka banget gimana tokoh ini berkembang secara halus.
Heo Don-hyuk — dia mungkin kelihatan galak dan dingin, tapi di balik itu dia punya luka besar. Dia kehilangan orang yang dia sayang, dituduh macem-macem, dan masih harus bertahan hidup di dunia sekolah yang jahatnya minta ampun. Karakter ini kompleks tapi justru itu yang bikin menarik.
Shin Seo-jung — meski dia udah meninggal saat cerita dimulai, bayangan tentang dirinya muncul terus. Lewat puisi, ingatan, dan investigasi, kita sebagai penonton bisa merasakan bahwa dia adalah jiwa yang terluka — dan kematiannya menyisakan tanya besar.
Uhm Se-yoon — teman perempuan Chan-hong yang cerdas dan berani. Saya suka karena dia nggak dibuat klise kayak karakter cewek tipikal di drama sekolah. Dia mandiri dan tahu kapan harus bersikap tegas.
Semua karakter ini dikemas dengan baik. Bahkan karakter sampingan sekalipun punya kedalaman yang cukup buat kita peduli.
Review Pribadi Nonton How to Buy A Friend
Saya nonton drama How to Buy A Friend dua malam berturut-turut. Saking serunya, tiap episode terasa nanggung buat ditinggal. Rasanya kayak baca novel misteri yang harus dituntaskan malam itu juga.
Ada satu adegan yang sampai sekarang masih kebayang: waktu Chan-hong berdiri di atap sekolah, mencoba memahami puisi Seo-jung. Saat itu dia sadar, banyak hal di dunia ini yang nggak bisa dilihat dari permukaan. Itu momen yang dalam banget — nggak cuma secara naratif, tapi juga emosional.
Saya juga suka bagaimana drama How to Buy A Friend menggabungkan puisi dengan konflik batin tokohnya. Jarang-jarang lho drama sekolah yang ngangkat puisi sebagai alat untuk menyampaikan pesan. Di sini, puisi bukan cuma estetika, tapi senjata buat mengungkap kebenaran.
Tapi ada juga beberapa kekurangan, menurut saya. Karena cuma 8 episode, beberapa subplot kayak hubungan Chan-hong dengan ibunya atau background Don-hyuk di masa lalu jadi terasa kurang dieksplorasi. Saya jadi pengen tahu lebih banyak tentang masa lalu mereka. Tapi ya itu konsekuensinya sih dari drama pendek.
Pelajaran yang Bisa Dipetik dari How to Buy A Friend
Yang paling kena buat saya sih ini: nggak semua orang yang terlihat kuat itu beneran kuat. Kadang mereka cuma nggak punya pilihan selain bertahan. Dan nggak semua teman itu datang karena kita baik — kadang mereka datang karena mereka butuh, atau karena mereka tahu kita juga butuh mereka.
Drama How to Buy A Friend ngajarin saya pentingnya memahami orang lain dari sudut pandang yang lebih dalam. Bukan sekadar menilai dari penampilan atau reputasi.
Satu hal lagi, tentang keberanian. Nggak harus berani berantem atau teriak di depan umum. Kadang keberanian itu ya cukup dengan berani mencari kebenaran dan bertahan hidup di dunia yang kejam.
Worth to Watch Banget!
Kalau kamu lagi cari drama Korea yang:
Nggak panjang-panjang banget,
Punya konflik remaja tapi nggak dangkal,
Ada misterinya dan bikin mikir,
Punya tokoh-tokoh yang berkembang dan relatable,
…maka How to Buy A Friend wajib masuk daftar nonton kamu.
Drama ini mungkin nggak semegah produksi Netflix atau seviral drama Korea hits lainnya. Tapi justru karena pendek dan personal, dia jadi terasa lebih dalam dan real.
Serius, jangan remehkan drama 8 episode ini. Karena kadang, yang singkat justru paling nyangkut di hati.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Wreck-It Ralph: Film Animasi Penuh Aksi, Emosi, dan Nostalgia Game Klasik disini