Tari Piso Surit

Jujur ya, pertama kali aku dengar kata Tari Piso Surit, pikiranku langsung melayang ke pisau. Ya namanya juga “piso” gitu lho. Tapi ternyata aku salah besar—dan syukurlah salahnya nggak fatal. Karena ternyata Piso Surit adalah lagu rakyat dan tarian dari Tanah Karo, Sumatera Utara, yang punya makna rindu yang dalam banget.

Aku tahu tarian ini pertama kali waktu diajak nonton pagelaran budaya di Medan, sekitar lima tahun lalu. Duduk di bangku plastik, minum teh manis, lalu melihat gadis-gadis menari dengan gerakan lembut, anggun, tapi penuh emosi—aku langsung merinding. Ada sesuatu dari tarian itu yang terasa “dekat”, walau aku bukan orang Karo.

Dan sejak saat itu, aku makin penasaran dan mulai cari tahu: apa sih sebenarnya makna Tari Piso Surit itu? Kenapa bisa seindah dan sesedih itu?

Makna Mendalam di Balik Keindahan Tari Piso Surit

Tari Piso Surit: Pesona Tarian Penyambutan Khas Batak Karo - Indonesia Kaya

Cultured Tari Piso Surit berasal dari lagu rakyat Karo yang judulnya sama. Lagu ini sendiri menggambarkan kerinduan seorang gadis terhadap kekasihnya yang belum kembali. Dalam bahasa Karo, “piso surit” berarti sejenis burung yang bernyanyi sendu di pagi hari. Burung ini menjadi simbol kerinduan yang tidak bisa disuarakan secara langsung oleh manusia.

Yang membuatku makin jatuh hati dan mencari link resmi daftar dingdongtogel yang aktif pada tarian ini adalah bagaimana tubuh penari seolah bercerita, bukan hanya menari. Gerakannya memang pelan dan lembut, tapi ada sesuatu yang terasa menekan di dada. Aku bisa merasakan getir dan rindu yang digambarkan lewat tatapan mata, kibasan selendang, dan putaran tubuh mereka.

Menurutku, di situlah seni sejati tinggal: saat sesuatu yang sederhana bisa bikin dada kita sesak tanpa tahu kenapa. Dan ya, Piso Surit adalah contoh nyatanya.

Apa yang Membuat Tari Piso Surit Begitu Populer?

Aku pernah iseng tanya ke mahasiswa tari saat diskusi di komunitas budaya: “Kenapa sih Tari Piso Surit itu bisa masuk panggung nasional, bahkan sering dipakai buat lomba-lomba dan pentas budaya?”

Jawabannya simpel tapi dalam: karena universalitas emosinya.

Rasa rindu itu kan milik semua orang. Entah itu rindu kampung halaman, rindu orang tua, rindu pasangan, bahkan rindu masa kecil. Dan Tari Piso Surit bisa menerjemahkan emosi itu tanpa kata-kata, cukup dengan tubuh dan ekspresi Wikipedia.

Selain itu, tarian ini juga indah secara visual. Penarinya memakai busana adat Karo yang khas, lengkap dengan kain ulos yang dililit dan selendang yang dimainkan dengan begitu lembut. Warna-warna merah, hitam, dan emas berbaur dalam gerakan yang mengalir pelan—bikin penonton kayak ditarik ke dalam dunia lain. Kayak nonton lukisan yang bergerak.

Apalagi tarian ini cocok banget buat berbagai usia—anak sekolah sampai mahasiswa bisa belajar dan menampilkannya. Jadi nggak heran kalau popularitasnya terus naik, bukan cuma di Sumatera, tapi juga di Jawa bahkan luar negeri dalam ajang pertukaran budaya.

Pengalaman Pertama Coba Belajar Piso Surit (dan Malunya Aku)

Nah, ini bagian yang agak bikin aku malu sih, tapi penting juga buat cerita. Setelah beberapa bulan nonton dan riset tentang tarian ini, aku memutuskan untuk ikut workshop tari tradisional di komunitas Karo di Jakarta.

Waktu itu aku pikir, “Ah, gerakannya kan lambat, pasti gampang.” Tapi duh… kenyataan memang pahit ya.

Aku salah total. Gerakannya memang tidak cepat, tapi membutuhkan kontrol tubuh, fokus, dan penghayatan emosional yang tinggi. Aku sempat dikoreksi beberapa kali karena katanya ekspresiku kayak orang lagi ngantuk, bukan orang kangen.

Dan ternyata, yang paling susah itu sinkronisasi tangan dan tatapan mata. Tangan kita bisa bergerak lembut, tapi kalau mata kosong atau malah kedip-kedip karena takut salah, ya emosi nggak sampai.

Aku sampai pulang dengan betis pegal dan rasa malu, tapi juga bangga karena bisa menyatu dengan budaya yang baru buatku. Dari situlah aku sadar, Tari Piso Surit itu bukan tarian buat gaya-gayaan, tapi butuh hati dan jiwa.

Tips Praktis Kalau Kamu Mau Belajar Tari Piso Surit

Tari Piso Surit: Pesona Tarian Penyambutan Khas Batak Karo - Indonesia Kaya

Oke, ini bagian yang mungkin kamu tunggu-tunggu. Berdasarkan pengalaman (dan kegagalan) waktu belajar dulu, aku mau kasih beberapa tips praktis kalau kamu tertarik mencoba Tari Piso Surit:

1. Dengarkan lagunya berulang-ulang

Sebelum kamu gerak, kamu harus merasakan musiknya. Dengarkan versi asli lagu Piso Surit—yang pake bahasa Karo itu. Rasakan temponya, naik turunnya emosi, dan makna liriknya. Ini akan bantu kamu menyatu sama gerakan nanti.

2. Fokus pada ekspresi mata

Jangan cuma gerakin tangan atau kaki, tapi juga latih mata kamu buat menyampaikan emosi. Nggak perlu lebay, cukup tatapan kosong tapi dalam, seperti orang yang lagi nunggu seseorang tapi nggak tahu bakal datang atau nggak.

3. Latihan kontrol gerakan

Gerakannya lembut, tapi justru di situ tantangannya. Kamu harus bisa menahan tangan tetap seimbang, lembut, dan tidak kaku. Coba latih gerakan perlahan dengan musik dan tanpa musik.

4. Pakai busana yang sesuai

Kalau bisa, coba latih sambil pakai selendang atau kain ulos. Soalnya selendang itu bukan cuma aksesoris, tapi jadi media ekspresi juga dalam tarian ini. Mainkan dengan lembut, jangan kayak ngebanting handuk.

5. Jangan buru-buru

Kalau kamu mau tampil, pastikan kamu paham cerita di balik gerakannya. Bukan sekadar hafal langkah. Piso Surit itu soal rindu dan kesedihan, jadi kamu harus tulus menarinya. Kayak kamu benar-benar sedang menunggu seseorang di kejauhan.

Pelajaran yang Aku Petik dari Piso Surit

Tari Piso Surit ngajarin aku satu hal penting: melambat itu nggak selalu buruk.

Di dunia yang serba cepat ini, tarian ini ngajarin kita buat menghayati momen, buat menyadari bahwa tidak semua hal harus diselesaikan secepat-cepatnya. Ada kalanya kita harus berhenti, menarik napas, dan membiarkan emosi mengalir lewat tubuh.

Dan lebih dari itu, aku belajar bahwa seni bukan tentang kesempurnaan teknis, tapi tentang keberanian menyampaikan cerita. Walau aku belum jadi penari hebat, tapi aku yakin—kalau niat kita tulus, tarian kita akan sampai ke hati penonton.

Kenapa Tari Piso Surit Layak Dikenal Lebih Luas

Aku rasa sudah saatnya kita, sebagai generasi yang melek internet, ikut mempopulerkan tarian-tarian daerah yang penuh makna seperti ini. Banyak orang di luar negeri yang lebih mengenal budaya kita karena video viral, tapi kenapa kita sendiri kadang lupa?

Tari Piso Surit itu bukan cuma soal indah, tapi juga identitas dan sejarah. Dengan memperkenalkan dan melestarikannya, kita ikut menjaga cerita-cerita nenek moyang agar tetap hidup dan berkembang.

Kalau kamu punya adik, teman, atau bahkan anak yang suka menari, coba kenalkan Piso Surit ke mereka. Siapa tahu dari situ mereka jadi tertarik belajar lebih banyak tentang budaya Indonesia.

Piso Surit dan Aku—Perjalanan Rindu yang Tak Usai

Sampai sekarang, tiap kali aku dengar lagu Piso Surit, aku langsung terdiam. Ada sesuatu dalam lirik dan nadanya yang bikin aku merasa kembali ke masa lalu—mungkin bukan masa laluku sendiri, tapi masa lalu kolektif sebagai bangsa yang kaya budaya.

Dan aku harap kamu yang baca ini juga bisa merasakan hal yang sama.

Kalau suatu hari kamu melihat seseorang menari dengan selendang merah, mata nanar, dan gerakan sehalus angin, mungkin dia sedang menari Piso Surit. Dan mungkin, tanpa sadar, kamu akan ikut merasakan rindunya.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Tari Bondan: Pesona Unik di Balik Tari Tradisional yang Penuh Makna disini